Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Tiga Tokoh Agama Merespon Ceramah Halim di Masjid Lembah Suci: Masjid Bukan Mushalla Besar

Minggu, 28 September 2025 | 08.31 WIB Last Updated 2025-09-28T01:31:03Z

 


SimpulIndonesia.com, Bulukumba – Suasana Masjid Lembah Suci, Jumat siang (26/9/2025) lalu, begitu khidmat sekaligus penuh antusias. Jamaah memadati hingga ke teras masjid, menyimak peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw yang tahun ini mengangkat spirit meneladani Rasulullah dalam memakmurkan masjid.


Ketua Panitia Maulid, Jusman, S.Pd.I, dari atas mimbar saat laporan panitia dengan pesan yang menggugah.

“Bagaimana pada pelaksanaan maulid tahun ini kita meneladani Rasulullah Saw dalam memakmurkan masjid,” tegasnya.


Namun, perhatian jamaah makin tersedot saat giliran Abd. Halim Amsur tampil memberikan ceramah. Dengan bahasa lugas, Halim menyodorkan refleksi mendalam: fungsi masjid yang sering kali hanya sebatas tempat shalat berjamaah, perayaan hari besar Islam, atau pelaksanaan shalat Jumat. Padahal, kata Halim, masjid mestinya lebih dari itu.


Halim mengingatkan, perbedaan masjid dan mushalla bukan terletak pada definisi bahasa atau istilah, melainkan pada kenyataan fungsi sehari-hari yang bisa kita lihat langsung.


“Kalau mushalla biasanya hanya dipakai shalat berjamaah, maka masjid dipakai untuk shalat Jumat, peringatan hari besar Islam seperti Maulid dan Isra Mi’raj, meskipun itu pun hanya sekali setahun. Padahal masjid seharusnya lebih dari itu, sebagaimana di zaman Rasulullah Saw: menjadi pusat peradaban Islam,” jelasnya.


Menurut Halim, di masa Rasulullah Saw, masjid menjadi pusat peradaban Islam dan kemaslahatan ummat. Ia bukan sekadar ruang ibadah, melainkan tempat menyelesaikan persoalan sosial, menumbuhkan kepedulian, hingga melahirkan peradaban.


Dari sudut pandang sederhana, Halim mengingatkan jamaah tentang fungsi yang bisa dimulai dari lingkungan masjid. 


"Satu, Masjid hadir di saat duka, dengan menyediakan perlengkapan jenazah. Kedua, Masjid menyantuni fakir miskin, sebab setiap aktivitas yang melekat dengan masjid bernilai mulia," uraiannya. 


Pertanyaan yang kerap muncul kemudian: dari mana sumber pendanaan semua itu?

Halim menjawab lantang, dari kantong-kantong jamaah yang dermawan. “Jangan ragukan keberadaan orang-orang baik di sekitar masjid, hanya saja kita belum tahu bagaimana cara menemukannya,” ungkapnya.


Ia menegaskan, Al-Qur’an sudah memberi petunjuk jelas. “Pada harta benda mereka ada hak bagi orang miskin yang meminta dan yang tidak meminta,” (QS. Adz-Dzariyat: 19).


Halim juga membedakan secara jelas antara pengurus dan petugas masjid. Menurutnya, pengurus biasanya tidak bergaji dan hadir di masjid pada waktu tertentu saja, karena punya kesibukan utama di luar. Sementara petugas menjadikan masjid sebagai tanggung jawab utama mereka. Karena itu, kesejahteraan petugas harus diperhatikan, sebab mereka juga punya keluarga yang harus dinafkahi.


“Petugas itu ada yang mengurus ibadah, seperti imam. Ada yang bertugas menjaga kebersihan dan keamanan. Ada juga yang mengurus administrasi dan kesekretariatan. Semua penting, dan jam kerjanya bahkan bisa 24 jam karena benar-benar melayani jamaah,” papar Halim.


Bahkan, kata dia, tugas petugas administrasi bisa lebih kompleks, mulai dari mendata potensi jamaah, mencari calon donatur, hingga merancang program kemasjidan.


Untuk itu, menurut Halim, dibutuhkan orang khusus agar masjid bisa benar-benar terorganisir dengan baik.


Ia juga menjelaskan, ada beragam tipe calon donatur di tengah jamaah:

1. Jamaah yang senang menyumbang di awal bulan,

2. Jamaah yang memberi di akhir bulan,

3. Jamaah yang rutin bersedekah subuh,

4. Jamaah yang gemar bersedekah setiap Jumat,

5. Donatur material (semen, tegel, besi, dan lainnya).


Pada tipe ke lima ini, lanjut Halim, biasanya asal dia ji langsung ke toko bayar ki, semangat sekali untuk menyumbang melalui material. 


“Kalau tidak ada petugas khusus, pekerjaan ini akan berat. Sulit menjadikan masjid sebagai pusat peradaban kalau hanya mengandalkan sisa-sisa waktu kita,” tegasnya.


Di tengah ceramahnya, Halim juga menyelipkan kritik monohok.

“Kita tidak ingin masjid justru menyakiti hati jamaah. Masjid punya saldo puluhan juta, tapi tetangga di sampingnya menjerit ekonominya. Itu bukan fungsi masjid. Masjid harus hadir sebagai solusi umat,” pesannya.


Ia menggambarkan, jika setiap desa hanya memiliki 1 kantor desa yang tentu sulit untuk mengakomodir fakir dan miskin secara keseluruhan tetapi setiap desa memiliki banyak masjid, maka potensi besar sesungguhnya ada di depan mata. Jika setiap masjid kompak menyantuni fakir miskin melalui zakat, infak, sedekah, dan wakaf, maka ratusan fakir miskin akan terangkat kesejahteraannya.


“Masjid justru hadir membantu pemerintah dalam pengentasan kemiskinan. Jangan hanya menunggu dan sepenuhnya bergantung dengan pemerintah,” tandasnya.


Ceramah Halim ini langsung mendapat apresiasi dari sejumlah tokoh agama yang hadir.


Berdasarkan pantaun simpulindonesia.com saat dilokasi kegiatan ia melihat salah satunya. Penyuluh Agama Islam KUA Rilau Ale, Abdul Razak, mengacungkan jempol sembari berkata, “Mantap dinda Ustadz, ceramah ini sangat berarti.”


Sementara rekannya, Sulfia, juga Penyuluh Agama Islam KUA Rilau Ale, menyebut ceramah ini sangat inspiratif. “Yang menarik karena masjid bukan hanya dijadikan tempat ibadah atau peringatan hari besar Islam, tapi memgembalikan fungsi sejatinya sebagai masjid,” ujarnya.


“Luar biasa ceramahnya dek, bahas tentang kemasjidan,” spontan terucap.


Respon lain datang dari jamaah yang turut hadir yang tak lain pengurus Lpekin Bkprmi Bulukumba Zulfadli Al Alim "Bisaki langsung singkrongkan ki apa keinginan panitia tanpa mereka titip sebelumnya, bahkan ini materi jarang terdengar"


Acara ini juga dihadiri pemerintah setempat, mulai dari Camat, Kepala Desa, Imam Desa, hingga rombongan majelis taklim dari berbagai dusun.


Peringatan maulid kali ini bukan hanya menjadi momentum mengenang kelahiran Rasulullah, tapi juga menjadi ruang refleksi bersama: bagaimana menjadikan masjid bukan sekadar bangunan ibadah, melainkan pusat kemaslahatan, pusat peradaban, dan rumah besar solusi umat.

×
Berita Terbaru Update