![]() |
| Gambar: Kedua mempelai mengenakan pakaian adat Jawa (dok-ist) |
Hadir dalam acara tersebut, Dani Susanto, S.Pi, yang menjabat sebagai Kepala Bidang (Kabid) di Dinas Perikanan Budidaya sekaligus Ketua Kerukunan Keluarga Jawa (KKJ) Bulukumba. Dalam sambutannya, beliau memberikan apresiasi tinggi terhadap konsep multi-etnis yang dipilih oleh kedua mempelai.
Menurut Pak Dani, pilihan konsep ini bukan sekadar urusan estetika pesta, melainkan sebuah pernyataan sikap mengenai indahnya persatuan. Beliau mengajak seluruh elemen masyarakat, baik anggota KKJ maupun warga Bulukumba secara umum, untuk hadir dan merayakan kebahagiaan ini sebagai sarana mempererat silaturahmi.
"Kami berharap saudara-saudara kita tanpa terkecuali bisa saling mengajak satu sama lain untuk hadir. Ini adalah momentum untuk menjalin ikatan silaturahim tanpa batas antara warga KKJ dengan masyarakat lokal Bulukumba," ujar Dani Susanto.
Lebih dari Sekadar Ekonomi: Wujud Cinta untuk Bulukumba
Dalam kesempatan tersebut, Dani Susanto juga menekankan bahwa kehadiran warga keturunan Jawa di Bulukumba memiliki peran yang multidimensi. Selama ini, KKJ dikenal aktif berkontribusi dalam pembangunan ekonomi melalui sektor bisnis dan wirausaha para perantau.
![]() |
| Gambar: Kedua mempelai mengenakan pakaian adat Bugis Makassar (dok-ist) |
Namun, melalui hajatan seperti ini, KKJ ingin menunjukkan sisi lain yang tak kalah penting:
Konektivitas Lintas Etnis: Menjadi jembatan penghubung persaudaraan antara etnis Jawa, Bugis, dan Makassar.
Penghormatan Budaya: Sebagai bentuk penghargaan dan rasa cinta terhadap Bumi Panrita Lopi dengan menjunjung tinggi kearifan lokal setempat.
Integrasi Sosial: Membuktikan bahwa warga perantauan telah menyatu sepenuhnya sebagai bagian dari masyarakat Bulukumba.
Solidaritas dan Gotong Royong: Ciri Khas KKJ
Salah satu pemandangan yang paling menonjol dalam setiap hajatan yang digelar oleh keluarga besar KKJ adalah semangat solidaritas dan kegotongroyongan yang sangat kental. Tanpa instruksi yang kaku, para anggota KKJ tampak bahu-membahu membagi tugas.
Mulai dari persiapan logistik, penyambutan tamu, hingga pengaturan teknis di lapangan, semuanya dilakukan secara sukarela demi kelancaran acara. Nilai "Guyub Rukun" ini menjadi mesin penggerak utama yang memastikan setiap hajatan terlaksana sesuai harapan.
Olehnya itu ia berharap "Pernikahan Tezar dan Diah di Bocco-Boccoe ini menjadi bukti nyata bahwa perbedaan latar belakang etnis justru memperkaya khazanah sosial di Kabupaten Bulukumba. Kerukunan yang tercipta diharapkan terus terjaga, menjadikan Bulukumba sebagai rumah yang hangat bagi semua etnis."tutupnya




