Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Sirine Damkar Menuju Katumbangan : Di Tengah Hujan Api (Molotov), Batu, dan Gas Air Mata

Sabtu, 05 Juli 2025 | 08.42 WIB Last Updated 2025-07-05T03:43:13Z


"Selamat bergabung! Selamat menjalankan tugas negara!"


SIMPULINDONESIA.com_OPINI - Kalimat sambutan itu bukan sekadar ucapan hangat, tapi isyarat awal memasuki “medan tempur” yang tak kalah genting dibanding perang sesungguhnya.

Kamis pagi, 3 Juli 2025. Sirine meraung memecah hiruk-pikuk lalu lintas menuju Campalagian. 

Armada Pemadam Kebakaran Polewali Mandar melaju kencang, lampu rotator merah berkedip, menandakan panggilan darurat.

Namun kali ini mereka tak menuju kebakaran rumah biasa. Mereka dikirim untuk mengamankan eksekusi lahan yang berubah menjadi arena chaos : kobaran api, lemparan batu, dan kabut gas air mata.

Mereka tak bersenjata. Tak ada tameng antihuru-hara. Hanya selang air dan keberanian menghadapi risiko apa pun.


Ketegangan Tak Terelakkan


Sejak pagi, situasi di Katumbangan sudah memanas. Warga menolak mundur, aparat menegakkan eksekusi berdasarkan putusan hukum.

Dari balik barikade, bom molotov melayang tiga kali, meledak dan menyulut api di kendaraan serta posisi aparat. Batu-batu besar dilempar secara brutal, tanpa pandang bulu.

Siapa pun bisa jadi sasaran: polisi, wartawan, tim medis, warga biasa. Kaca-kaca rumah warga retak, hancur terkena lemparan liar.

Tak ada garis musuh yang jelas. Siapa pun yang dianggap “bukan kami” langsung jadi target.

Asap gas air mata menyebar tanpa kendali. Saat angin berubah arah, polisi sendiri jadi korban, tersungkur, terbatuk, matanya perih, kesulitan bernapas.


Damkar di Garis Depan


Di tengah kekacauan itu, tim Damkar Polewali Mandar yang sejatinya bukan unit pengendali huru-hara turun ke garis depan. 

Mereka tak bertugas menegakkan hukum, tapi kehadiran mereka krusial untuk membuka jalur aman dari kobaran api.

Para senior Damkar Regu A : Jabir H, Irwandi, Marzuki, bergerak cepat menggotong selang dan nozzle. Mereka memadamkan api yang membakar barisan kendaraan dan menutup jalan.

Mereka memastikan tak ada bara tersisa yang bisa memicu ledakan atau kebakaran susulan.

Ketika tembakan gas air mata terlontar balik ke barisan sendiri akibat angin yang berubah, asap putih pekat memaksa pasukan mundur.

Marzuki sempat melihat seorang anggota aparat terserang gas air mata. Bersama tim evakuasi, ia membantu membopongnya ke zona aman, memastikan prajurit itu bisa bernapas kembali sebelum diserahkan ke ambulans.

Semua itu dilakukan di tengah hujan batu dan ancaman molotov.


Pelajaran Nyata bagi Pemula


Tak cuma regu senior yang turun tangan. Regu CPNS Damkar Pemula lima pria dan satu srikandi juga diterjunkan. Hari itu jadi ajang belajar yang tak terlupakan.

Bukan sekadar latihan menggulung selang atau menyemprot air, tapi mereka mengalami langsung teriakan, makian, ancaman dari segala arah. Mereka benar-benar merasakan beratnya bertugas di tengah bentrokan.


Pantang Pulang Sebelum Padam


Setelah barikade berhasil dibuka, tim Damkar tak langsung pulang. Mereka membersihkan sisa-sisa bara, abu, dan pecahan kaca di jalan. Mereka mendinginkan titik-titik panas untuk mencegah kebakaran baru.

Bagi seorang pemula seperti saya, pengalaman itu terekam kuat. Saya menuliskannya dalam catatan ini :


Sirine Damkar Menuju Katumbangan : Hujan Api (Molotov), Batu dan Gas Air Mata dalam misi Penyelamatan dan Pencegahan Kebakaran


Bentrokan yang tak dapat lagi terbendung, memecahkan kaca rumah warga yang tak bersalah. Mereka tak terlibat, namun properti mereka turut hancur..

Api, asap, gas air mata, tak hanya menjadi konsumsi dua pihak yang berlawanan, namun juga berdampak kepada mereka yang terpanggil dalam misi kemanusiaan : Tim medis, Damkar, Pers, bahkan warga sekitar..

Seperti yang kalian lihat dalan siaran warga (citizen journalizm), banyak pihak yang dirugikan. tak hanya harta, namun juga nyawa menjadi taruhan. Nampak molotov menyebarkan api ditengah kerumunan aparat, sebanyak 3 kali, tanpa ampun..

Batu batu besar melayang, tak tentu arahnya, sebahagian menyasar polisi, sebahagian besar lainnya acak : menyasar rumah warga, menyasar warga, menyasar siapapun yang mereka lihat di depannya, tak ada manusia dalam pandangannya..

Tembakan gas air mata yang tak tentu arah asapnya, menjadi sasaran banyak pihak, bahkan aparat kepolisian sendiri menjadi korban dari perubahan arah angin..

Selamat bergabung,
selamat menjalankan tugas negara..

Anda mempertaruhkan nyawa,
di garis depan komando penyelamatan,
diatas kertas, diatas hukum, diatas perintah pengadilan..

Yang kamu harus tahu dan fokus dalam tugas lapangan adalah seberapa banyak nyawa yang dapat terselamatkan dari bencana api, pertaruhkan segalanya dalam tugas dan amanah kemanusiaan : Pantang Pulang Sebelum Padam!

Tulisan ini diperuntukkan untukmu,
yang selalu mendoakan mereka di garis depan kematian..
×
Berita Terbaru Update