BULUKUMBA,- (18/07/25) Limbah dapur yang selama ini dianggap tak berguna, kini terbukti dapat menjadi solusi ramah lingkungan bagi berbagai permasalahan desa. Melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Universitas Hasanuddin (Unhas) ke-114, mahasiswa yang diterjunkan ke Desa Bontorannu menginisiasi kegiatan Pelatihan Pembuatan Eco-Enzim.
Inovasi ini hadir sebagai langkah sederhana namun berdampak besar dalam upaya pelestarian lingkungan yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat.
Latar Belakang
Sebagai desa yang mayoritas penduduknya bergerak di sektor pertanian dan rumah tangga, Desa Bontorannu menghasilkan limbah organik setiap harinya, terutama dari sisa buah dan sayuran. Sayangnya, sebagian besar limbah tersebut dibuang begitu saja, menimbulkan bau tak sedap serta risiko pencemaran lingkungan.
Berangkat dari permasalahan ini, tim KKN Unhas memperkenalkan eco-enzim sebagai solusi alternatif. Eco-enzim adalah cairan hasil fermentasi limbah organik (seperti kulit buah dan sayuran) dengan gula merah dan air, yang difermentasi selama kurang lebih tiga bulan. Cairan ini bersifat multifungsi dan dapat dimanfaatkan sebagai:
-Pembersih alami
-Pupuk cair organik
-Pengusir hama
-Penjernih air
Tujuan Kegiatan
- Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan limbah organik.
- Memberikan keterampilan praktis dalam membuat eco-enzim secara mandiri.
- Mendorong terwujudnya lingkungan desa yang bersih, sehat, dan berkelanjutan.
- Mengedukasi masyarakat melalui pendekatan langsung dan aplikatif.
Pelaksanaan Pelatihan
Kegiatan pelatihan dilaksanakan di salah satu rumah Kepala Dusun Desa Bontorannu, pada Jumat 18 juli 2025 melibatkan beberapa warga masyarakat seperti perangkat desa, kelompok ibu ibu , dan pemuda desa.
Materi pelatihan meliputi:
Pengenalan Eco-Enzim
Penjelasan mengenai manfaat, fungsi, peraktik langsung serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari dan pertanian.
Demonstrasi Langsung
Praktik pembuatan eco-enzim menggunakan bahan sederhana yang mudah diperoleh di rumah.
Diskusi dan Tanya Jawab
Sesi interaktif untuk menggali pemahaman dan membuka potensi pengembangan eco-enzim sebagai produk lokal.
Dampak dan Harapan
Pelatihan ini disambut antusias oleh warga. Para peserta menyatakan bahwa mereka kini lebih memahami pentingnya mengelola sampah organik. Beberapa warga bahkan berencana untuk mengembangkan eco-enzim sebagai produk bernilai ekonomis di tingkat lokal.
Selain memberikan manfaat lingkungan, kegiatan ini juga memperkuat nilai-nilai gotong royong dan kepedulian sosial. Ke depan, tim KKN berharap akan tercipta kolaborasi berkelanjutan antara masyarakat desa, perguruan tinggi, dan pihak terkait dalam pengembangan dan pemanfaatan eco-enzim.
Penutup
Pelatihan ini menjadi langkah awal dalam membentuk budaya baru di Desa Bontorannu: budaya mengelola limbah dengan bijak dan inovatif. Dengan semangat "Dari Dapur untuk Alam", eco-enzim menjadi simbol kecil dari gerakan besar menuju desa yang bersih, lestari, dan berdaya secara mandiri.
Laporan: KKN 114 Unhas