Kegiatan ini bukan sekadar seremoni biasa, melainkan bentuk kecintaan kolektif terhadap "Bumi Panrita Lopi". Pertemuan yang berlangsung santai hingga sore hari tersebut menjadi wadah dialog terbuka untuk membedah dinamika daerah sepanjang tahun.
Salah satu isu yang Tersorot dalam Kegiatan tersebut dan menjadi pembahasan hangat terkait persoalan yang terjadi di hutan adat Ammatoa. Hal itu disuarakan oleh seorang Aktivis asal kecamatan kajang Suadi Bali.
Disela Sesi dialog Suandi Bali mendesak pemerintah daerah dan seluruh pemangku kebijakan untuk tidak menutup mata. Ia berharap adanya kolaborasi serius untuk melahirkan solusi konkret atas sengketa yang terjadi.
"Kami berharap pemerintah atau pemangku kebijakan agar bersama-sama memikirkan untuk melahirkan solusi atas persoalan ini. Polemik Hutan Adat ini bukan masalah sepele, ini menyangkut hajat hidup orang banyak," tegas Suandi Bali.
Tanggapan dan Empati Forkopimda terkait Hutan Adat Ammatoa
Menanggapi hal tersebut, Bupati Bulukumba, Andi Muchtar Ali Yusuf (Andi Utta), memberikan respon positif. Terkait isu agraria yang menjadi isu sentral di Kajang, Andi Utta menegaskan bahwa dirinya sangat memahami apa yang dirasakan oleh warga Kajang.
Meski tidak menjabarkan strategi teknisnya di forum terbuka tersebut, Andi Utta memberikan sinyal kuat bahwa ia telah menyiapkan langkah penyelesaian.
"Persoalan di Kajang tidak perlu saya sampaikan di sini, saya punya cara sendiri," ungkap Andi Utta.
Pernyataan singkat ini dimaknai sebagai bentuk empati mendalam, di mana apa yang dirasakan oleh warga Kajang juga turut dirasakan oleh Bupati, serta komitmen untuk menyelesaikan masalah tanpa kegaduhan berlebih.
Selain Bupati Bulukumba, Andi Muchtar Ali Yusuf (Andi Utta), menegaskan komitmennya untuk mengawal nasib warga Kajang. Senada dengan hal tersebut, Kapolres Bulukumba menunjukkan kepedulian mendalam terhadap status hutan adat yang menjadi identitas budaya Bulukumba.
"Ammatoa itu adalah milik kita semua. Siapa yang akan menggugatnya? Ini adalah identitas kita yang harus dijaga bersama," ujar Kapolres di hadapan para awak media.
Selain isu adat, Kapolres Bulukumba AKBP Restu Wijayanto SIK juga memaparkan capaian kinerja kepolisian selama setahun terakhir. Ia memastikan bahwa seluruh laporan masyarakat telah ditindaklanjuti secara serius.
"Terkait persoalan dan kasus yang terjadi di wilayah hukum Polres Bulukumba, Alhamdulillah sudah kita tindak lanjuti. Baik itu persoalan pencurian hingga judi sabung ayam atau tindak pidana lainnya, pasti kami tindaki tanpa pandang bulu," tegasnya.
Apresiasi untuk Sinergi Daerah
Suasana sore di Warkop Nagoya itu menjadi saksi bisu kuatnya sinergi antara pemerintah, aparat penegak hukum, dan pers. Di akhir acara, seluruh peserta memberikan tepuk tangan meriah sebagai bentuk apresiasi atas kinerja Forkopimda.
Masyarakat melalui perwakilan jurnalis mengapresiasi:
Pembangunan Infrastruktur yang masif dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bulukumba, dan Penegakan Hukum yang responsif dan humanis oleh pihak Kepolisian.
Diskusi yang mengalir cair namun berbobot ini dipandu oleh moderator handal, Saiful Alif Subarka. Dengan gaya komunikasinya yang lugas, Saiful berhasil menjembatani diskusi, memantik isu-isu strategis, dan menjaga dinamika forum tetap hidup hingga akhir.
Dengan gaya khas Saiful memaparkan peran Jurnalis bahwa jurnalis: Garda Terdepan Pengawal Pembangunan Salah satu poin krusial yang menjadi sorotan utama dalam refleksi akhir tahun ini adalah peran vital jurnalis dalam ekosistem pembangunan daerah.
"Di tahun 2025, Kabupaten Bulukumba telah melewati berbagai fase pembangunan infrastruktur dan sumber daya manusia. Dalam narasi diskusi, disepakati bahwa jurnalis bukan sekadar pelapor peristiwa, melainkan mitra strategis pemerintah sekaligus alat kontrol sosial (social control) yang efektif."paparnya
Kegiatan refleksi ini ditutup dengan komitmen bersama untuk menjaga kondusivitas dan kelestarian budaya Bulukumba menyongsong tahun 2026 yang lebih baik.



