KENDARI__SIMPULINDONESIA.COM,— Prosesi pelantikan Rektor Universitas Sulawesi Tenggara (Unsultra) versi Andi Bahrun yang digelar di salah satu hotel di Kota Kendari diwarnai ketegangan serius dan penolakan terbuka dari mahasiswa. Rabu (31/12/2025).
Alih-alih mendapat penjelasan, mahasiswa yang mempertanyakan keabsahan rektor justru dikeluarkan dari lokasi kegiatan oleh pihak keamanan.
Peristiwa tersebut menimbulkan pertanyaan besar terkait legitimasi kepemimpinan Unsultra, terutama karena forum pelantikan yang seharusnya bersifat akademik justru berlangsung dalam pengamanan ketat.
Situasi memanas ketika sejumlah alumni dan dosen turut terlibat adu argumen di sekitar area pelantikan.
Diketahui pintu masuk ruang pelantikan dikunci oleh petugas keamanan, membatasi akses keluar-masuk tamu undangan.
Kondisi ini menimbulkan kesan tertutupnya ruang akademik dari kritik dan pertanyaan publik internal kampus.
Di luar ruangan, aparat keamanan dari Satpol PP dan unsur TNI terlihat berjaga ketat di depan pintu pelantikan.
Kehadiran aparat di lingkungan kampus memperkuat dugaan adanya kekhawatiran akan penolakan terbuka terhadap prosesi pelantikan tersebut.
Ironisnya, di tengah situasi yang dinilai tidak kondusif oleh mahasiswa dan sivitas akademika, pihak internal kampus justru menyatakan sebaliknya.
Seorang pegawai yang mengaku sebagai Kepala Bagian Umum dan Keamanan Unsultra menegaskan bahwa pelantikan tetap berjalan normal.
“Saya tidak bisa komentari itu. Pelantikan di dalam berjalan kondusif dan tertib,”ujarnya kepada awak media.
Namun pernyataan tersebut berbanding terbalik dengan kondisi di luar ruangan, di mana mahasiswa dikeluarkan dan akses pelantikan dijaga ketat aparat.
Diketahui dalam pelantikan tersebut dihadiri oleh Gubernur Sulawesi Tenggara Andi Sumangerukka.
Hingga berita ini diterbitkan, belum ada penjelasan resmi dari pihak yayasan maupun pimpinan Unsultra terkait dasar hukum dan administrasi pelantikan rektor versi Andi Bahrun, termasuk alasan penggunaan aparat keamanan dalam kegiatan akademik.
Polemik ini menambah daftar panjang konflik tata kelola di Unsultra dan membuka ruang pertanyaan serius: siapa sebenarnya rektor yang sah, dan mengapa pertanyaan tersebut justru dibungkam?



