SIMPULINDONESIA.com_Bontobahari -- Kepala KUA Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba, HM. Ansar Mahdy, S.Ag., MA., menggelar Shalat Ghaib, zikir, dan do’a bersama pada Jumat, 05 Desember 2025.
Kegiatan ini sebagai bentuk kepedulian dan respons cepat atas Seruan Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk mendoakan para korban banjir bandang dan longsor yang melanda Aceh dan sebagian wilayah Sumatera Utara (Sumut).
Suasana Masjid Besar Fathul Yaqin Tanah Beru pada hari ini terasa berbeda, mendengarkan penguatan atas musibah sontak jamaah menggambarkan kepedihan yang dirasakan oleh seluruh umat Islam atas musibah besar yang menelan banyak korban jiwa dan meninggalkan luka mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan.
Setelah pelaksanaan Shalat Jumat yang diawali dengan khutbah penuh nasihat dan keharuan oleh Kepala KUA Bontobahari, yang baru saja dilantik pada Kamis, 27 November 2025 lalu oleh Kepala Kanwil Kemenag Sul-Sel, Dr. H. Ali Yafid, jamaah bersama-sama melaksanakan Shalat Ghaib.
Khutbah H. Ansar menekankan pentingnya solidaritas, persatuan hati, dan kepekaan sosial di tengah ujian yang menimpa saudara-saudara seiman di daerah bencana.
HM. Ansar Mahdy, yang sebelumnya bertugas sebagai Kepala KUA Kecamatan Ujung Bulu, tampak memimpin rangkaian ibadah dengan penuh keteguhan dan rasa empati.
Dalam zikir dan do’a bersama, suara jamaah bergema lirih namun kuat, seakan menjadi satu bahasa nurani yang memohon kepada Allah SWT agar meringankan beban para korban, menguatkan keluarga yang berduka, serta menerima amal ibadah mereka yang meninggal dalam musibah tersebut.
Hadir dalam kegiatan ini para tokoh agama, tokoh masyarakat, serta unsur pemerintah setempat yang turut larut dalam suasana haru. Beberapa jamaah tampak menundukkan kepala lebih lama, seolah mereka mengingat bahwa musibah bisa menimpa siapa saja, kapan saja.
Momen ini bukan hanya menjadi bentuk kepatuhan terhadap seruan MUI, tetapi juga menjadi wujud nyata rasa kemanusiaan dan kebersamaan umat Islam di Bontobahari. Shalat Ghaib dan do’a bersama tersebut menjadi simbol bahwa meski jarak memisahkan, doa dan kepedulian mampu melintasi batas geografis, menyatukan hati dalam duka dan harapan.
"Semoga Allah SWT melapangkan jalan bagi para korban, menenangkan hati keluarga mereka, dan menjadikan musibah ini sebagai pengingat untuk selalu memperkuat iman, solidaritas, dan kepedulian antar sesama. Aamiin," harap Pirmasyah, mewakili Penyuluh Agama Bontobahari.



