SIMPULINDONESIA.com_Makassar – Suasana hangat menyelimuti ruang pertemuan Hotel Dalton Makassar, Minggu (10/8/2025) pagi. Para penyuluh agama dari berbagai penjuru Sulawesi Selatan duduk rapi, menyimak materi yang akan menjadi bekal penting bagi peningkatan kualitas layanan keagamaan di daerah mereka.
Di antara 90 peserta yang hadir, tiga penyuluh agama dari Kabupaten
Bulukumba turut ambil bagian. Mereka adalah Muhammad Arsyad (Penyuluh Agama KUA
Kajang), Asma Ramadhani (Penyuluh Agama KUA Ujung Bulu), dan Abd. Halim Amsur
(Penyuluh Agama KUA Bontobahari). Ketiganya datang membawa semangat untuk
belajar dan berbagi, demi memberikan layanan keagamaan yang lebih baik bagi
masyarakat Bulukumba.
Workshop yang berlangsung 10–12 Agustus 2025 ini diinisiasi oleh Subdit Bina
Penyuluh Agama Islam Kementerian Agama RI. Selain di Sulsel, kegiatan serupa
rencananya akan digelar di tiga provinsi lain. Sulsel menjadi provinsi pertama
yang dipercaya menggelar agenda penting ini, dengan peserta dari 24
kabupaten/kota..
Kepala Subdirektorat Bina Penyuluh Agama Islam, Dr. H. Jamaluddin M. Marki,
dalam laporannya menjelaskan bahwa workshop ini memiliki tiga tujuan utama:
mengidentifikasi layanan keagamaan yang ada, mengembangkan strategi, serta
menyusun rencana aksi penguatan layanan keagamaan masyarakat.
“Hasil workshop ini akan menjadi bagian dari program yang dilaporkan ke
Bappenas. Kita ingin memastikan setiap langkah perbaikan layanan keagamaan
terdokumentasi dan terintegrasi dengan perencanaan nasional,” tegasnya.
Sementara itu, H. Mulyadi dalam sambutannya menyampaikan apresiasi kepada
seluruh peserta. “Atas nama pribadi, saya mengucapkan terima kasih atas
kepercayaan ini. Dari tiga provinsi yang terpilih, salah satunya adalah
Sulawesi Selatan,” ujarnya. Ia berharap para penyuluh dapat memetakan secara
tepat permasalahan layanan keagamaan di wilayah masing-masing, sekaligus
membantu mencegah kesalahpahaman publik, seperti tudingan intoleransi yang
sempat mencuat di salah satu kota di Sulsel.
Kepala Seksi Bimas Islam Kemenag Bulukumba, Syafruddin, mengaku bangga atas
partisipasi para penyuluhnya. “Kami berharap ilmu yang diperoleh dapat menjadi
bekal dalam melaksanakan tugas di lapangan. Semoga manfaatnya terasa langsung
oleh masyarakat ketika mereka kembali ke Bulukumba,” tuturnya.
Salah satu peserta, Muhammad Arsyad, menyampaikan rasa terima kasihnya atas
kesempatan yang diberikan. “Terima kasih telah merekomendasikan saya mengikuti
kegiatan ini. Ini adalah salah satu usaha agar Bulukumba tetap aman dan damai
dalam kebhinnekaan. Tentu bukan sekadar kami dibekali ilmu, tetapi juga
diharapkan adanya kolaborasi, termasuk lintas sektoral, agar tujuan bersama
dapat terwujud,” ungkapnya.
Bagi para penyuluh, tiga hari di Makassar ini bukan sekadar menghadiri
workshop, tetapi juga kesempatan memperluas wawasan, membangun jejaring, dan
memperkuat komitmen untuk terus menghadirkan layanan keagamaan yang ramah,
inklusif, dan solutif.