Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Bontorannu, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, pada Minggu 20 juli 2025 sebagai upaya nyata dalam mendorong kemandirian energi dan pengelolaan sampah berbasis masyarakat.
Mengubah Sampah Menjadi Peluang Ekonomi
Desa Bontorannu, seperti banyak desa lainnya, menghadapi masalah penumpukan sampah organik, salah satunya adalah tempurung kelapa yang seringkali hanya dibuang atau dibakar begitu saja. Melihat potensi ini, mahasiswa KKN 114 Unhas yang berfokus pada tema "Pengembangan Potensi Alam Berkelanjutan" berinisiatif untuk memberikan solusi.
Sosialisasi yang dilakukan tim KKN ini bertujuan untuk membuka wawasan masyarakat tentang nilai ekonomi yang tersembunyi di balik limbah.
Briket dari tempurung kelapa merupakan alternatif bahan bakar yang efisien dan ramah lingkungan. Keunggulannya antara lain memiliki daya bakar yang lebih lama dan menghasilkan panas yang lebih stabil dibandingkan arang kayu biasa, serta tidak menghasilkan asap berlebih.
Dengan mengolah limbah menjadi briket, masyarakat tidak hanya mendapatkan bahan bakar yang lebih baik tetapi juga bisa mengurangi volume sampah.
Demonstrasi Praktis: Tahapan Pembuatan Briket
Dalam demonstasinya, tim KKN 114 Unhas menunjukkan secara langsung proses pembuatan briket yang mudah dan bisa dilakukan oleh masyarakat secara mandiri. Berikut adalah tahapan-tahapan yang didemonstrasikan:
1. Karbonisasi Tempurung Kelapa: Limbah tempurung kelapa dibakar dalam kondisi minim oksigen untuk menghasilkan arang.
2. Penghalusan Arang: Arang yang sudah dingin kemudian ditumbuk atau digiling hingga menjadi bubuk halus.
3. Pencampuran Adonan: Bubuk arang dicampur dengan air dan perekat alami, seperti tepung kanji, hingga membentuk adonan yang padat dan mudah dibentuk.
4. Pencetakan: Adonan dimasukkan ke dalam cetakan khusus, kemudian dipadatkan.
5. Pengeringan: Briket yang sudah dicetak dijemur di bawah sinar matahari hingga kering sempurna dan siap digunakan.
Dampak dan Harapan Ke Depan
Respon dari masyarakat Desa Bontorannu sangat positif. Para peserta antusias mengikuti setiap tahapan dan mengajukan berbagai pertanyaan. Mereka menyadari bahwa proses ini tidak hanya menghasilkan briket, tetapi juga membuka peluang usaha baru yang menjanjikan.
Melalui kegiatan ini, Tim KKN 114 Unhas berharap ilmu yang diberikan dapat menjadi bekal bagi masyarakat untuk mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan.
Briket tempurung kelapa diharapkan tidak hanya menjadi bahan bakar alternatif untuk keperluan rumah tangga, tetapi juga dapat dipasarkan sebagai produk lokal unggulan dari Desa Bontorannu. Kolaborasi antara akademisi dan masyarakat ini membuktikan bahwa inovasi kecil dapat membawa perubahan besar bagi lingkungan dan perekonomian desa.
Laporan: KKN Unhas
.