-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Iklan

Dilatarbelakangi Pelajaran Agama, Kepsek dan Wali Murid Saling Salah

Sabtu, 04 Februari 2023 | 14.03 WIB | 0 Views Last Updated 2023-02-04T07:05:28Z


Simpulindonesia.com_ BANGKA,- Merasa diberitakan sepihak oleh salah satu Media Online, Kepala Sekolah SMPN 5 Sungailiat Kabupaten Bangka, Drs. Dahlan Simangunsong meminta agar media yang bersangkutan sesegera mungkin membuat klarifikasi isi dari berita tersebut. 


Berita yang dimaksud adalah berjudul ”Ketua DPD LSM LMPN Babel, Abdul Rais Sangat Kecewa Dengan Kinerja SMPN 5″.


Menanggapi hal tersebut, Kepala Sekolah SMP Negeri 5 Sungailiat Drs. Dahlan Simangunsong dalam keterangannya kepada Simpulindonesia.com, Jum'at (4/2/2023) sore mengatakan bahwa dengan ada pemberitaan itu dirinya merasa di dizolimi dan terjadi pencemaran nama baik dirinya.



Menurutnya, dalam penerbitan berita itu sebelumnya wartawan dari media yang bersangkutan tidak pernah konfirmasi kepada dirinya.  


Baik secara langsung datang mewancarai dirinya atau melalui via telepon ataupun melalui pesan whats App.


“Jelas sekali saya merasa di dizolimi oleh sebuah media online yang terbit tanggal 2 Februari 2023 lalu, dengan judul ” Ketua DPD LSM LMPN Babel Abdul Rais Sangat Kecewa Dengan Kinerja SMPN 5″,. Berita itu terbit tanpa ada konfirmasi kepada dirinya,” ungkap Dahlan kesal.


Disebutkan Dahlan bahwa diduga latar belakang munculnya berita tersebut terkait permasalahan anak dari Abdul Rais berinisial In.


Dimana "In" mengikuti kegiatan mata pelajaran agama non muslim. Padahal pihak sekolah sudah menegur langsung kepada anak tersebut untuk tidak mengikuti kegiatan mata pelajaran agama non muslim. Karena In semula beragama islam.


"Kami sudah beberapa kali menegur dan melarang I ikut pelajaran agama non muslim. Karena setahu kami dia beragama islam sewaktu tinggal sama bapaknya," tukas Dahlan.


Mungkin semenjak orang tuanya pisah, In ikut ibunya yang kembali masuk agama Kristen dan Im pun ikut masuk agama Kristen.


Namun, lanjut Dahlan bahwa In sempat balik masuk agama islam dengan mengucap dua kalimat syahadat yang dituntun oleh guru agama dan disaksikan bapak kandungnya langsung.


Serta memberi Surat Kuasa kepada guru agama Islam dan disaksikan oleh beberapa guru. Agar di ajari agama islam.


Namun setelah masuk islam, dia kembali mengikuti pelajaran non muslim. Ketika ditanya kepada In mengapa masih mengikuti pelajaran agama non muslim, In menjawab atas kemauan sendiri tanpa ada paksaan dari siapapun.


“Kami dari pihak sekolah sudah berusaha semaksimal mungkin melarang anaknya pak Abdul Rais untuk mengikuti pelajaran agama non muslim, namun anaknya bersikeras tetap mau ikut. Dan semua dilakukannya atas kemauannya sendiri tanpa ada paksaan dari pihak sekolah ataupun guru-guru di sekolah,” pungkasnya. 


Dari kejadian itu, lanjut Dahlan bahwa pada hari Jumat (3/2/2023) pagi, orangtua In yakni Pak Abdul Rais ada datang ke sekolah meminta Surat Pindah anaknya. Berhubung persyaratan administrasi untuk pindah sekolah belum lengkap, jadi pihak sekolah belum bisa memberikannya.


”Memang Jum’at pagi tadi Pak Abdul Rais ada datang ke sekolah meminta surat pindah sekolah untuk anaknya. Ya, karena persyaratan yang diminta oleh sekolah belum lengkap seperti rekomendasi dari pihak sekolah penerima belum ada, jadi pihak sekolah SMP Negeri 5 Sungailiat pun belum bisa memberikan surat pindahnya. Karena tidak tau mau pindah kemana,” jelas Dahlan.


Berawal dari permasalahan itu, Dahlan kembali menlajutkan pembicaraanya tiba-tiba muncul pemberitaan dari salah satu media online yang isi beritanya seolah-olah pihak sekolah yang buat kesalahan.


Pihak sekolah jadi bingung atas pemberitaan tersemut. Sementara oknum wartawan yang bersangkutan tidak pernah datang kesekolah untuk konfirmasi berita.


Untuk itu, dirinya selaku kepala Sekolah dan bertanggung jawab penuh di sekolah, meminta oknum wartawan tersebut untuk mengklarifikasi berita tersebut. Dengan terlebih dulu melakukan konfirmasi berita kepada dirinya baik secara langsung kesekolah atau melalui telpon ataupun melalui pesan Whats App.


Apabila pihak media tersebut tidak menghubungi pihak sekolah untuk membuat klarifikasi terkait berita yang diterbitkannya, maka secepat mungkin dirinya akan melaporkan oknum wartawan dan media itu kepada Dewan Pers.


”Oleh sebab itu, sebagai orang yang dirugikan dari pemberitaan itu, jika tidak di klarifikasi secepat mungkin, maka kita akan laporkan ke Dewan Pers. Nanti pihak sekolah akan mengutus orang untuk berangkat ke Jakarta membawa pengaduan masalah tersebut," tegas Dahlan.


Sementara itu, Abdul Rais selaku orang tua dari In saat dikonfirmasi Simpulindonesia.com mengakui kalau dirinya merasa kesal dan kecewa atas kinerja di sekolah tersebut. Terutama pembelajaran di kurikulum pendidikan agama.


Seolah-olah di duga ada pembiaran terhadap anaknya dalam mengikuti mengenai kurikulum pendidikan agama.


"Saya sangat kecewa dengan kepala sekolah SMPN 5 beserta wali kelas dan guru agama yang mengajar di SMPN 5. Karna saya sudah berapa kali menemui mereka masalah anak saya yang mengikuti pelajaran non muslim," ungkap Rais seraya menyebutkan kakaknya Im dulu juga alumni SMPN 5 yang sekarang sudah masuk ke SMAN 2 Sungailiat.


Ketika pihak Simpulindonesia.com menanyakan kapan dirinya baru tahu kalau In mengikuti pelajaran agama non muslim di sekolah.


Dengan nada sedih dia mengatakan baru tahu ketika In minta jemput pulang ke rumah dari acara Natal di Gedung Pintu Sedulang Kota Sungailiat.


"Saat itu, aku bertanya kepada In, ini acara apa. In pun menjawab ini acara Natal dari sekolah pak," kata Rais meniru ucapan anaknya.


Keesokan harinya Ia mendatangi sekolah dan bertemu dengan Kepala sekolah menanyakan kenapa anaknya diberi pelajaran non muslim. Sedangkan orang tuanya islam.


Kepala sekolah menjawab akan menindalanjuti. Namun kenyataannya tidak ada respon positif dari sekolah. Hingga sampai dirinya minta pindah sekolah anaknya.


Dikatakannya, setidaknya pihak sekolah harus pro aktif untuk menyikapi dan menyelesaikan permasalahan ini. Pihak sekolah tidak pernah menghubungi dirinya sebagai orang tua siswa.


Karena ketika In masuk kesekolah, dirinya yang mengurusinya.Termasuk Kartu Keluarga (KK) yang diminta sebagai syarat pendaftaran. Termaduk mencatum No HP orang tua murid. Di KK, In beragama islam.


"Anak saya yang jelas-jelas tertera agama Islam yang di anut. Saya sendiri yang mengantarkan anak saya mendaftar sampai diterima masuk di sekolah ini," ketusnya


Ketika ia berpisah dengan istrinya, In ikut ibunya. Dan tidak tahu kalau In dipindahkan ke agama Kristen. Lalu ikut pelajaran agama non muslim di sekolah.


Saat mengetahui bahwa In disekolah mengikuti pelajaran non muslim, ia pun menyuruh anaknya masuk islam kembali dengan mengucapkan dua kalimat syahadat.


Serta memberi Surat Kuasa kepada guru agama Islam dan disaksikan oleh beberapa guru. Agar In di ajari agama islam


Untuk itu, dirinya selaku ketua LSM LMPN DPD Babel meminta kepada dinas pendidikan melalui surat terbuka untuk menindak lanjuti kepala sekolah beserta yang terlibat masalah permainan agama bagi siswa.


Seharusnya, dari pihak sekolah bila terjadi permasalahan itu, setidak-tidaknya menghubungi dirinya selaku orang tua Wali murid.


Selain itu tidak bisa beralasan Karena atas kemauan In sendiri ikut pelajaran non muslim tersebut. Bukankah In masih terbilang anak dibawah umur.




"Saya hanya meminta jangan sampai ini terjadi sama anak-anak yang lain. Cukup terjadi pada anak saya. Saya berharap baik kepala sekolah beserta guru pengajar yang terlibat agar diberikan efek jera oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Bangka.


"Yang jelasnya saya sangat kecewa kepada kepala sekolah dan guru SMPN 5 yang telah saya percaya yang saya anggap bisa menjadi pengganti saya sebagai orang tua mengajari masalah agama. Tapi kok gitu cara. Tolong di Ingat, ini berkaitan masalah agama. Sebagai tuntunan hidup di dunia dan menjadi bekal kita nanti ketika sudah tiada," kilah Rais seraya menegaskan bila permasahan tidak dapat diselesaikan akan diteruskan ke pusat.


Menanggapi masalah ini, Herman Saleh selaku Ketua Komite Sekolah SMPN 5 Sungailiat pun ikut bicara memberikan masukan untuk dapat menyelesaikan permasalahan ini secara baik-baik.


Kepada Simpulindonesia.com Herman mengatakan sebaiknya dapat diselesaikan secara musyawarah diantara kedua belah pihak dapat dipertemukan kembali.


Untuk Rais selaku orang tua kiranya juga dapat menarik kembali keterangan yang disampaikan kepada media online yang memberitakan masalah itu.


Apa lagi, pemberitaan yang dibuat wartawan itu hanya sepihak tanpa konfirmasi terlebih dulu ke pihak sekolah. 


"Maaf kita hanya meluruskan selaku ketua Komite. Saya dalam hal ini tidak menyalahkan satu sama lain. Mudah-mudahan permasalahan ini dapat diselesai dengan baik," harap Mamang sapaan kerap untuk dirinya. (Aimy)

Iklan

×
Berita Terbaru Update