Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2024, prevalensi stunting di Bulukumba turun dari 33,7 persen pada tahun 2023 menjadi 25,2 persen di tahun 2024. Penurunan sebesar 8,5 persen ini dinilai sebagai capaian yang luar biasa dalam upaya percepatan penanganan stunting.
Capaian tersebut terungkap dalam kegiatan Penilaian Kinerja Aksi Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, Selasa, 27 Mei 2025.
Kegiatan ini diikuti secara virtual oleh Wakil Bupati Bulukumba, Andi Edy Manaf, yang juga menjabat sebagai Ketua Tim Percepatan Penanganan Stunting (TPPS).
Wakil Bupati Andi Edy Manaf menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas kerja keras seluruh pihak yang terlibat dalam penanganan stunting di Kabupaten Bulukumba.
“Hasil ini adalah buah dari kerja kolaboratif seluruh elemen, terutama peran aktif dari PKK, TNI-Polri, serta Baznas Bulukumba. Namun yang paling penting adalah menjaga konsistensi penurunan ini melalui kerja-kerja yang terukur,” ujar Edy.
Ia menegaskan bahwa persoalan stunting tidak cukup hanya ditangani, namun yang lebih krusial adalah aspek pencegahan, seperti pengendalian faktor pernikahan dini.
“Kita berharap ke depan angka prevalensi terus menurun. Saya juga meminta pemerintah desa dan kelurahan untuk lebih memassifkan gerakan pencegahan serta identifikasi anak stunting, khususnya dengan memperkuat layanan Posyandu di setiap wilayah,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Bulukumba, Andi Herfida Muchtar, juga menyampaikan apresiasinya atas capaian tersebut. Menurutnya, program-program PKK seperti Rumah Gizi dan PEDAS (Pemutakhiran Data Anak Stunting) turut memberikan kontribusi terhadap penurunan angka stunting.
“Kolaborasi menjadi kunci utama. Namun kita tidak boleh cepat puas. Justru ini menjadi pemicu agar kita lebih aktif dan masif dalam menjalankan program-program pencegahan dan penanganan stunting,” ujarnya.(*)