Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Opini : Krisis atau Kemajuan? Perubahan Gaya Hidup dan Implikasi Kesehatan

Selasa, 27 Mei 2025 | 21.07 WIB Last Updated 2025-05-27T14:07:30Z

(Foto/Ist).


SIMPULINDONESIA__JAKARTA,— Pangan adalah faktor utama untuk mengoptimalkan kesehatan manusia dan menjaga kelestarian lingkungan. Selasa (27/05/2025).


Namun, situasi pangan saat ini mengancam manusia dan planet bumi. Tantangan besar yang kita hadapi adalah mewujudkan pola makan sehat dari sistem pangan berkelanjutan bagi penduduk dunia yang terus bertambah. 


Meskipun produksi pangan global umumnya sejalan dengan pertumbuhan penduduk, lebih dari 820 juta orang masih kekurangan pangan, dan jumlah penduduk yang memiliki pola makan berkualitas rendah atau mengonsumsi terlalu banyak pangan bahkan lebih banyak lagi.


Di tengah kemajuan teknologi dan meningkatnya kesadaran akan pola makan sehat, tantangan besar seperti perubahan iklim, ketahanan pangan, dan malnutrisi ganda masih menjadi ancaman nyata. 


Tahun 2025 diprediksi akan menjadi periode kritis nutrisi, di mana terjadi pergeseran gaya konsumsi pangan yang semakin terlihat jelas baik dalam inovasi positif maupun tantangan serius yang mengancam ketahanan gizi masyarakat. 


Perubahan Tren Konsumsi Pangan


Masyarakat semakin sadar akan pentingnya pola makan sehat. Tren diet berbasis nabati seperti vegan dan vegetarian terus meningkat, sementara diet ekstrem seperti Keto dan Intermittent Fasting juga semakin populer. 


Namun, menurut Badan Pangan Nasional, rata-rata konsumsi pangan penduduk Indonesia masih didominasi oleh bahan pangan konvensional seperti beras (97,1 kg/tahun) dan terigu (18,2 kg/tahun), yang menunjukkan bahwa konsumsi beras jauh lebih tinggi. 


Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat masih cenderung memilih bahan pangan yang sudah menjadi kebiasaan konsumsi sehari-hari. Diversifikasi pangan masih menjadi tantangan besar yang perlu didorong oleh pemerintah.


Ketahanan Pangan dan Dampak Perubahan Iklim


Perubahan iklim menjadi tantangan besar bagi produksi pangan global. Cuaca ekstrem dan penurunan kualitas tanah mengancam hasil panen, terutama bahan pangan pokok seperti beras dan gandum. 


Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), skor Pola Pangan Harapan (PPH) di Indonesia mengalami peningkatan dari 87,9% pada tahun 2019 menjadi 94,1% pada tahun 2023, menunjukkan perbaikan diversifikasi konsumsi pangan. 


Namun, ketahanan pangan masih menghadapi tantangan akibat alih fungsi lahan dan krisis iklim.


Malnutrisi Ganda: Obesitas dan Kekurangan Gizi


Indonesia menghadapi dua masalah besar dalam dunia gizi: meningkatnya angka obesitas sekaligus tingginya kasus kekurangan gizi mikro. 


Laporan dari Buletin Konsumsi Pangan 2024 menyebutkan bahwa konsumsi protein hewani meningkat, tetapi masih di bawah standar global. 


Pola makan tinggi kalori namun rendah nutrisi menjadi penyebab utama kedua masalah ini. Pemerintah telah menggalakkan program edukasi untuk mendorong pola makan sehat yang lebih seimbang.


Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, prevalensi obesitas pada orang dewasa di Indonesia mencapai 28,7%, meningkat dari 14,8% pada tahun 2013. 


Selain itu, menurut laporan dari Global Nutrition Report 2024, peningkatan obesitas di Indonesia juga berkontribusi terhadap meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular (PTM) seperti diabetes dan hipertensi, yang kini mencapai 10,9% pada orang dewasa. 


Fenomena ini terjadi akibat pola makan yang tidak seimbang, di mana sebagian masyarakat mengonsumsi makanan tinggi kalori tetapi rendah nutrisi, sementara kelompok lain masih mengalami defisiensi zat gizi penting seperti zat besi, vitamin A, dan zinc.


Teknologi dan Inovasi Pangan

Kemajuan teknologi membawa harapan baru dalam dunia pangan. 


Biofortifikasi tanaman untuk meningkatkan kandungan nutrisi, produksi daging nabati sebagai alternatif ramah lingkungan, serta teknologi fermentasi untuk menciptakan makanan yang lebih bergizi menjadi solusi yang semakin dikembangkan. 


Berbagai startup pangan di Indonesia kini mulai mengembangkan produk berbasis protein nabati sebagai solusi ketahanan pangan jangka panjang.


Penulis : Gihon Apriyanto 

Editor : Nur

×
Berita Terbaru Update