Simpulindonesia.com_ JAKARTA,-Tim Penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Metro Jaya mengelar rekonstruksi pidana penganiayaan oleh Mario Dandy Satrio (20) kepada Cristalino David Ozora (17). Hasil rekonstruksi mengarah indikasi pada dugaan perencanaan penganiayaan terhadap korban, di kawasan Green Permata Boulevard, Jakarta Selatan, pada Senin 20 Februari 2023 lalu.
Rekonstruksi yang dipimpin langsung oleh Direktur Reserse Kriminal Umum Komisaris Besar Hengki Haryadi dilokasi kejadian itu semula menyiapkan 37 rangkaian rekonstruksi. Dan hasilnya berkembang menjadi sekitar 40 rekontruksi oleh tersangka Mario dan Shane Lukas (19), dan AG. Dan untuk pelaku AG (15), diperankan oleh orang lain.
Hengki Haryadi mengatakan, rekonstruksi di perumahan Green Permata Boulevard, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, itu untuk membuat terang kasus, mencari keindentikan dan kesesuaian dari alat bukti, keterangan saksi dan tersangka, dan digital forensik.
Dari situ bisa dilihat dan ditemukan peran dari setiap tersangka, Mario, Shane, dan pelaku AG. ”Dari video ada adegan yang terpotong, tapi dari CCTV ter-cover. Walaupun keterangan tersangka tidak sesuai dengan faktanya, lalu kita padukan dengan digital forensik. Ada ucapan free kick dan saya tidak takut anak orang mati. Artinya di sini tersangka tidak bisa bohong karena ada CCTV,” kata Hengki usai Rekontruksi Jumat sore.
Selain rekonstruksi, penyidik juga akan melanjutkan pemeriksaan terhadap empat saksi lainnya untuk memperkuat tindak pidana. Dari pemeriksaan lanjutan, Mario pernah menghubungi beberapa orang untuk memberi tahu akan melakukan tindakan kepada David.
"Berdasarkan hasil rekonstruksi, ada dugaan para tersangka sudah melakukan perencanan penganiyaan," pungkas Hengki Haryadi.
Direncanakan
Rekonstruksi dimulai dari Mario yang menjemput AG di sekolah lalu menjemput Shane di minimarket tak jauh dari rumahnya. Menggunakan mobil Jeep Wrangler Rubicon, ketiga pemuda itu menuju Lebak Bulus, Jakarta Selatan, tempat kediaman David untuk mengembalikan kartu pelajar yang dibawa oleh pelaku AG.
Namun, David sedang berada di rumah temannya di Green Permata Boulevard. David pun mengirim lokasinya kepada AG. Dalam perjalanan menuju lokasi David, Mario menyampaikan kepada Shane bahwa akan memukul orang. Mario meminta Shane mengikuti dan merekam aksinya.
Sesampainya di lokasi, AG berjalan lebih dahulu, sementara Mario dan Shane mengikutinya dari belakang. Dua pemuda itu ingin memastikan AG berjalan sendiri agar David mau keluar mengambil kartu pelajar. AG pun memberi tahu David bahwa ia sudah tiba.
Karena David yang tak kunjung keluar, Mario mengirim pesan suara. Ketiga pemuda itu juga sempat masuk ke halaman dan mengintip ke dalam garasi untuk memastikan ada orang di dalam rumah.
Saat David keluar, temannya R mengingatkan untuk tidak ribut di lokasi. Tersangka Mario lalu mengajak David berbicara di belakang Rubicon. Mario dan David lalu duduk di tepi jalan, sementara AG dan Shane duduk di bagian belakang mobil.
Di situ Mario mengajak partai atau berkelahi. Namun, David menolak karena merasa tidak sepadan. Obrolan Mario dan David terhenti ketika Shane yang mengamati lokasi melihat ada seorang petugas keamanan mendatangi mereka.
Setelah petugas keamanan pergi, di sini adegan penganiayaan dimulai. Mario menyuruh David push up sebanyak 50 kali, tapi David hanya bisa melakukan 20 kali. Mario lalu mencontohkan posisi push up karena merasa David tidak melakukan dengan benar.
Saat itu AG sudah pindah ke dalam mobil, sementara Shane di samping Mario dan David. Korban kembali dalam posisi push up dengan tangan mengepal di aspal yang kasar lalu membuka tangannya karena tak kuat.
Kedua tersangka mengelilingi David yang hanya sanggup push up tiga kali dan berjongkok karena merasa letih. Dengan nada tinggi, Mario meminta David bersikap tobat seperti yang ditirukan oleh Shane.
Di situ AG keluar dari mobil. Sikap tobat yang diminta Mario adalah posisi kepala menunduk hingga menyentuh aspal dan kedua tangan di belakang punggung.
Dari pengakuan MDS (Mario), saat pertama kali menendang dengan kaki kanannya, korban setelah itu tidak sadarkan diri. Saat posisi itu, AG mengambil korek di depan kepala David lalu menyalakan rokok.
David tak sanggup terus bersikap tobat itu. David justru kembali disuruh push up oleh Mario. Shane kembali memantau lokasi dan memberi tahu Mario ada petugas keamanan mendekat. ”Mau pada ke mana Dek,” kata petugas itu.
”Saya lagi bertamu teman saya yang mobil berwarna merah itu,” jawab Mario.
Setelah petugas keamanan pergi, Mario kembali minta David sikap tobat lalu posisi plank. Mario pun meminta Shane merekam dan mengarahkan telepon seluler ke arah David.
Mario juga mencolek AG untuk menyaksikan David. Saat korban dalam posisi plank, Mario menendang bagian kepala sisi kanan hingga David tergeletak tak bergerak. ”Dari pengakuan MDS (Mario), saat pertama kali menendang dengan kaki kanannya korban setelah itu tidak sadarkan diri,” kata tim penyidik.
Meski kondisi tak sadarkan diri, Mario justru menginjak kepala korban bagian belakang sembari mengucapkan, ”Berani enggak lu ma gue…(umpatan kasar).”
Berlanjut, Mario pindah posisi dengan melangkahi korban. Shane terus merekam dan AG ikut menyaksikan penganiayaan Mario kepada David dengan mengambil ancang-ancang berlari untuk menendang bagian kiri kepala dengan mengucapkan kata-kata yang tak pantas. ”Den enak ya main bola,” Shane memprovaksi lalu mengatakan free kick.
Mendengar itu, Mario memutari korban dan melakukan free kick atau menendang kepala korban dan berselebrasi ala Cristiano Ronaldo setelah mencetak gol.
Tak hanya menendang, Mario juga memukul kepala bagian belakang Mario. Melihat tindakan Mario, Shane memberikan telepon seluler kepada AG dan mengingatkan temannya itu untuk berhenti. ”Enggak takut gue anak orang mati,” kata Mario.
Terdengar teriakan dari saksi N dan mendekati kerumunan. Kedatangan N, membuat pelaku AG langsung mematikan rekaman telepon seluler. Tak lama, dua petugas keamanan pun datang.
Melihat kondisi tidak berdaya itu, N mengangkat kepala Mario dan meminta A agar pahanya menjadi sandar kepala Mario. ”Kamu siapa, ngapain. Kamu tamu tak diundang. Kamu apain teman anak saya sampai gini...,” kata N sembari menangis saat memeragakan reka adegan.
N tak melanjutkan rekonstruksi karena merasa tak kuat. Korban segera dievakuasi menggunakan mobil saksi R. Saat itu, dua petugas keamanan dan Shane mengangkut David ke dalam mobil. Pelaku AG dan Mario menyaksikan evakuasi korban.
Pelecehan Seksual Anak Dibawah Umur
Selain masih akan terus menyelidiki hal itu, penyidik juga akan mendalami dugaan pelecehan seksual yang diterima pelaku AG sehingga membuat Mario marah dan berujung penganiayaan. (Red)