SIMPULINDONESIA.COM__KENDARI,— Di tengah dominasi ekspor sektor pertambangan di Sulawesi Tenggara (Sultra), Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) TMP C Kendari kini tengah memacu hilirisasi ekspor komoditas non-tambang, seperti hasil perikanan, pertanian dan perkebunan. Sabtu (14/06/2025).
Kepala KPPBC Kendari, Tonny Riduan P. Simorangkir, mengungkapkan bahwa hingga Mei 2025, nilai ekspor dari Sultra telah mencapai 302,89 juta dolar AS atau sekitar Rp4,91 triliun, dimana sebagian besar disumbang oleh sektor pertambangan berupa stainless steel dan fero nickel dengan negara tujuan utama Tiongkok.
Namun demikian, Bea Cukai Kendari tak ingin Sultra hanya bergantung pada sektor tambang.
“Kami mendorong agar hasil-hasil dari Sulawesi Tenggara, khususnya sektor non-tambang, bisa keluar dalam bentuk yang telah diolah, memiliki nilai tambah, dan siap ekspor,” ujar Tonny di sela wawancara di kantornya, Kamis (12/6/2025).
Komoditas yang menjadi target hilirisasi mencakup jagung, nilam, kelapa, hingga rumput laut.
Menurut Tonny, jika komoditas ini bisa diolah lebih lanjut, maka akan menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan nilai jual, dan pada akhirnya menggerakkan perekonomian daerah.
Pemanfaatan APBD dapat dilakukan melalui pembangunan Pabrik Pengolahan seperti Destilasi Nilam, Virgin Coconut Oil, Bricket, Olahan Rumput Laut, serta produk turunanlainnya.
Diharapkan pemanfaatan APBD melalui program hilirisasi produk unggulan Sulawesi Tenggara tersebut dapat terealisasi pada tahun anggaran 2026 mendatang.
Sebagai bentuk nyata komitmen tersebut, Bea Cukai Kendari telah meluncurkan program “Bea Cukai Keliling” yang bertujuan memetakan potensi ekspor di seluruh wilayah Sultra.
Program ini dilakukan melalui koordinasi dengan pemerintah daerah dan instansi terkait, seperti pertemuan yang telah dilakukan dengan Sekda Propinsi Sultra, Bupati Muna Barat, Wakil Bupati Bombana, Direksi ID Food (BUMN), Dandim-1417/Kendari, dan Dandim-1431/Bombana, dan akan berlanjut dengan daerah tingkat II lainnya.
“Kami ingin pastikan bahwa potensi ekspor daerah, dari pesisir hingga pelosok, dapat dibina, dibimbing, dan disalurkan hingga siap tembus pasar internasional,” Kata Tonny.
Untuk mendukung langkah besar ini, Bea Cukai Kendari juga mengajak seluruh pihak, termasuk Forkompimda Sultra dan Swasta. Tujuannya, agar program hilirisasi produk non-tambang berjalan dengan optimal.
“Kalau kita ingin ekonomi Sultra naik kelas, maka hilirisasi komoditas lokal adalah kunci. Tidak cukup hanya menambang, kita juga harus mengolah dan menjual dengan nilai tambah tinggi,” Pungkasnya.
Dengan langkah strategis ini, Bea Cukai Kendari berharap Sulawesi Tenggara tak hanya dikenal sebagai penghasiltambang dan olahan hasil tambang, tetapi juga dikenaldengan produk olahan non tambangnya yang berkualitasseperti Patchouli Oil, Seaweed Beverages and Powder, Poultry and Livestock Feed, Virgin Coconut Oil, Bricket, dan lain-lain.(Nur).